"Beramallah kamu untuk duniamu seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya, dan beramallah kamu untuk Akhiratmu, seolah-olah kamu akan mati esok"
چاريله كبنرن دڠن جالن برفيكير،جاڠنله اندا سڤرتي اورڠ بوتا يڠ مڠيكوت تونتونن اورڠ. كراڬوان ايتله يڠ داڤت مڽمڤأيكن كڤد كبنرن، سسياڤا يڠ تيدق راڬو،مك دي تيدق برفيكير، سسياڤا يڠ تيدق برفيكير مك دي تيدق وسڤادا. بارڠ سياڤا يڠ تيدق وسڤادا مك دي تتڤ بوتا دان ترسست. رينوڠيله واهاي انسان

DeNgaN MeNgInGaTi AllaH HaTiKaN TeNaNg...




Pengikut

Jumaat, 5 November 2010


 
BAGAIMANA MERASAKAN KETENANGAN JIWA SELEPAS BERZIKIR...
 
Bismillahir-Rahmanir-Rahim ...

 Saya merasa masih amat belia dan bau kencur menguak tabir rahasia zikir. Selain pengetahuan agama yang minus, juga kerana praktik mujahadah dan riyadlah yang masih lemah. Andaikan saya menuangkan secuil inspirasi saya tentang makna zikir, pasti itu bukan berangkat dari pengalaman rohani, namun cuma sebatas penjajakan oleh tongkat bernama rasio atau logika. Meski demikian, saya harus menuangkan inspirasi mendesak soal zikir ini guna membabarkan sudut pandang saya tentang zikir merujuk pada beragama paparan yang pernah saya dengarkan.


Jadi, andaikan saudara pembaca menangkap pelajaran dari artikel yang amat sederhana ini, semoga bisa menitipkan endapan positif di kalbu. Namun, jika ada kotoran yang menitis dari setiap tulisan ini, tolong direnungkan terlebih dahulu, di-delete, kemudian singkirkan dari ruang batin.


Saya akan mengurai tentang zikir dan efek yang dihadirkan saat berzikir. Dan mengapa orang masih belum merasakan ketenangan di saat berzikir? Saya berusaha mengurai soal tersebut, semoga menghadirkan penyegaran ke dalam batin.


Hidup tidak tenang kerana tak dihiasi dzikir. Ada orang yang berzikir akan tetapi tidak bisa menyerap ketenangan batin. Lisan melantunkan zikir, ya mungkin hatinya belum berzikir. Jika hati belum menghayati zikir yang syahdu disertai pemahaman terhadap makna yang terkandung dalam zikir, ketenangan batin sulit berkunjung ke ruang batin ini. Zikir, selaras dengan maknanya, ingat. Ingat disini berarti sedar. Sedar inilah yang membuat kita bisa menikmati setiap momen kehidupan ini. Sedar berada di sentrum diri kita, yakni hati. Zikir hanya bisa mengundang ketenangan, bila telah dihayati dengan hati. Kita perlu menghayati proses zikir, tanpa memedulikan segala hal selain kalimat dan makna dari zikir tersebut.


Jika kita bisa menghayati zikir dengan sungguh-sungguh, berkat pertolongan Allah, perlahan-lahan kita akan merasakan kehadiran Allah, dan melepaskan seluruh ikatan-ikatan duniawi yang membonsai fikiran kita. Di saat seluruh kesadaran duniawi telah berganti dengan kesadaran ilahi, nescaya air ketenangan akan mengalir ke dalam jiwa kita. Namun, jika ikatan duniawi masih menyatroni fikiran dan hati jesteru ketenangan tidak akan mengalir ke dalam hati ini. Lupakan seluruh masalah duniawi yang menggelisahkan hati, membuka fikiran negatif, atau hanya menurunkan kesedihan, dan alihkan perhatian kita hanya mengingat Allah SWT. Ingatan pada Allah semoga bisa menelan seluruh ingatan-ingatan yang semu yang hanya mengundang kegelisahan tersebut, tak pelak bibit ketenangan bersemi dan menyembul dari hati kita.


Hati kita hanya memiliki satu wajah, ketika menghadap pada sesuatu maka melupakan suatu yang lain. Ketika hati kita menengadah pada kemilau duniawi, nescaya akan berpaling dari Allah SWT. Dan ketika hati kita menghadap pada Allah, nescaya akan berpaling dari duniawi. Kerana itu, saat kita berzikir menghadapkan hati kita sepenuhnya pada Allah. Ketika sentrum kesedaran ini dipenuhi ingatan pada Allah SWT, itulah momen ketenangan bakal diraih.


Ketika kesedaran peribadi telah dihiasi ingatan pada Allah, nescaya dia akan terampil merespons segala hal yang terjadi dengan tenang lantaran menganggapnya sebagai anugerah dari Allah SWT. Setiap kejadian yang menimpanya dipandang menjadi instrument dari Allah guna mengungkit potensi yang bersemayam dalam dirinya. Ketika memperoleh anugerah berupa nikmat, maka dia menganggapnya sebagai lahan pengungkit potensi syukur. Ketika tertimpa musibah, dia menganggap sebagai lahan pengungkit potensi sabar. Ketika dia merespons kenyataan masa lalu dipandang sebagai lahan mengungkit potensi redha. Dan ketika dia harus menatap masa depan yang penuh misteri, dipandang sebagai jalan pengungkit potensi tawakkal. Perlahan-lahan, dia akan menggapai pada respons tertinggi yakni bersyukur di setiap keadaan.



MEMELUK KESUNYIAN


Dewasa ini terasa begitu sulit untuk memeluk kesunyian dan kesenyapan batin. Kesunyian menjadi mahal harganya, semenjak kita disuguhi beragam gebyar kehidupan yang menuhankan popularitas, kemegahan, kemewahan, dan suasana bombastis lainnya. Ada seorang sahabat bilang, “Ah tidak enak, sendirian terus di rumah, seakan hati dirambati kesedihan melulu.” Dia memersepsi bahwa kesenyapan dan kesunyian hanya memproduksi kesedihan dan penderitaan, dan gebyar keramaian akan melahirkan kesenangan (yang menurutnya kebahagiaan).


Begitulah orang yang masih terkongkong dalam “hegemoni” hawa nafsu, cenderung menganggap kesunyianlah yang menurunkan kesedihan, kerana memang nafsu menyukai keramaian. Untuk itu, betapa banyak anak muda melepaskan kesedihan yang mempermak jiwanya dengan bermain di mall, di taman hiburan, dan sebangsanya. Padahal dalam keramaian sejatinya dia tidak bisa menjumput ketenangan dan kebahagiaan batin, hanya memeroleh kesenangan yang bersifat sementara. Setelah itu, kesedihan akan merambat dengan volume yang lebih besar. Tengok saja, betapa banyak sosok artis yang dikitari kuasa hiburan ternyata hidup dalam kebahagiaan yang semu. Tahu-tahu kita mendengar rumah tangganya retak, anak-anaknya tidak keurus, terjerumus ke dalam narkoba, dan semacamnya.


Keramaian membuat orang makin terpukau dengan pelangi yang ada di luar dirinya, sehingga lupa menengok khazanah keindahan yang bersemedi dalam jiwanya. Keramaian dan warna pelangi yang berada diluar akan menyandera orang untuk tidak memeroleh keindahan yang berada dalam batin. Sebagaimana dituturkan oleh sang guru yang mulia “banyak orang berebutan kerang yang berserakan di permukaan lautan, padahal kerang itu tak berisikan mutiara. Dan mutiara yang sejati masih bersembunyi dalam kerang yang berada di dasar lautan.” Mereka menganggap bahawa setiap kerang dihuni oleh mutiara, padahal hanya kerang-kerang terpilih yang berisikan mutiara.


Kita tidak memperoleh kebahagiaan lantaran salah menafsirkan atau mendefinisikan kebahagiaan dan kesenangan. Salah menyangka bezanya ketenangan dan kesenangan. Kesalahan itu bermula dari kesalahan mendifinisikan diri sendiri. Kesalahan memaknai diri sendiri, karena kita jarang tersambung dengan sumber kebahagiaan yang tinggal di dalam hati kita sendiri. Kita jarang berwisata ke dalam batin, kerana kita melulu mendambakan berwisata ke luar diri kita.


Inilah saatnya kita berwisata ke dalam taman hati kita sendiri, ternyata disanalah kebahagiaan itu bertempat tinggal. Berwisata ke dalam batin ini bisa dijalani bila kita berusaha untuk bersahabat dengan kesunyian. Kesunyian jasad, kesunyian fikiran, kesunyian hati, dan kesunyian jiwa. kesunyian itulah yang menghimpun manusia dalam kesadaran yang begitu luas, kerana dalam kesunyian ada penyerahan diri pada Allah. Dalam kesedaran penyerahan diri bermukim kebahagiaan yang tak terhingga. Insya Allah...


Wallahu A’lam Bis Showaab.


 Semoga bermanfaat dan penuh Kebarokahan dari Allah.....


Marilah Setiap detak-detik jantung..,
selalu kita isi dengan..
Asma Teragung diseluruh jagad semesta raya ini...
  
Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahumma wabihamdika AsyaduAllahilaha illa Anta Astagfiruka wa'atubu Ilaik..


Tiada ulasan:

Catat Ulasan

Related Posts with Thumbnails